Coba kamu ulas kebelakang bagaimana gaya wawancara yang sudah kamu lakukan. Kebanyakan kamu akan menggambarkan segala macam pengalaman kerja maupun organisasi di depan perekrut. Itu penting tapi yang perekrut nilai bukan poin itu sebenarnya. Karena sudah tertera dengan jelas dalam CV. Ternyata, yang mereka seleksi adalah kepribadianmu. Kenapa demikian? Simak yuk alasannya.
Pekerjaan yang menumpuk bisa membuatmu menjadi emosional. Tentu saja sikap yang kamu tunjukkan akan mengganggu kinerja yang lainnya. Kalau kamu kurang bisa kontrol diri bisa berdampak nggak bagus buat kariermu di kantor. Oleh sebab itu, Atasan akan lebih suka memberikan tugas kerja yang berat pada orang yang emosionalnya stabil. Saat wawancara pun bisa terlihat kamu tampak antusias, bosan, kurang fokus, hingga agak emosi saat menjawab pertanyaan di depan perekrut.
Banyak sekali orang yang menutupi kekurangan pada dirinya untuk menampilkan yang terbaik. Dan juga ada yang sengaja menampilkan karakter yang menawan saat proses wawancara. Nggak perlu berpura-pura, perekrut akan mengetahui karakter aslimu dengan cepat. Hal ini disebabkan banyak orang pintar dan cerdas tapi kurang bisa membawa diri dan menempatkan dirinya. Prestasi dan pengalaman memang penting tapi kalau perilakumu kurang cukup menggambarkannya lantas buat apa?
Berbicara dengan lawan bicara bisa membuat emosi kita terpengaruh olehnya. Sehingga saat melakukan negosiasi terkadang kamu merasa kesulitan walaupun posisimu lebih memungkinkan. Memiliki emosi yang stabil membuatmu nggak mudah terpancing dan bisa menempatkan diri dengan baik. Bahkan pada saat yang darurat pun kamu masih bisa menyampaikan maksud dengan baik dan nggak menambah masalah. Nggak ada salahnya kamu menjaga komunikasimu saat wawancara.
Intinya, saat wawancara berlangsun mereka ingin melihat kecerdasan emosimu, disamping kemampuanmu.
